Selasa, 07 April 2015

Makalah Sejarah Bimbingan Konseling



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Alloh SWT yang diberi kelebihan untuk berfikir, maka dari itu kita sebagai manusia harus bisa berfikir dengan baik bagaimana cara mendidik atau mengajar anak – anak yang belum dewasa sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang akan mereka (peserta didik) lalui, sehingga dibutuhkan guru yang kompeten dibidang bimbingan konseling disetiap sekolah - sekolah apalagi peserta didik SD/MI yang masih perlu banyak bimbingan untuk mengetahui perilaku atau tingkah laku yang harus digunakan didalam masyarakat dan bagaimana dibersikap terhadap sesama teman dikelasnya sendiri. Dan juga bagaimana cara menyelesaikan masalah – masalah yang terjadi pada peserta didik baik dikelas, dirumah (keluarga), dan masyarakat (teman sekelah). Akibatnya kita sebagai calon guru SD/MI harus bisa melakukan bimbingan konseling dengan baik terhadap anak dan harus tahu bagaimana menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh peserta didik yang kita ajar.
Sehingga kami sebagai calon guru SD/MI haruslah mengetahui bagaimana sejarah munculnya bimbingan konseling di Indonesia (secara umum dan secara khusus) dan sebelum mengetahui sejarah bimbingan konseling di Indonesia, kita harus mengetahui pengertian bimbingan konseling terlebih dahulu.

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian Bimbingan Konseling ?
2.      Bagaimana Sejarah Bimbingan Konseling secara umum ?
3.      Bagaimana Sejarah Bimbingan Konseling di Indonesia ?

1.3  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
·         Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Konseling
·         Memahami bagaimana pengertian Bimbingan Konseling
·         Mengetahui bagaimana Sejarah Bimbingan konselung secara umum
·         Mengetahui bagaimana Sejarah Bimbingan Konseling di Indonesia



BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Pengertian Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.

2.2  Sejarah Perkembangan Bimbingan Konseling Secara Umum
2.2.1  Sejarah Lahirnya Bimbingan Konseling
Gerakan bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American Education”. yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan yang ada pada  dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi dengan memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi dirinya.
Disinilah pertama kalinya istilah Bimbingan (Vocational Guidance) dikenal, tepatnya pada akhir abad ke - 19 hingga awal abad ke - 20 di Boston. Dengan didirikannya biro yang bergerak di bidang profesi dan ketenaga kerjaan. Dengan tujuan membantu para pemuda dalam memilih karir yang ia bidangi dan melatih para guru untuk memberikan layanan bimbingan di sekolah.
Pada masa yang hampir bersamaan, seorang konselor di Detroit Jasse B. Davis mulai memberikan layanan Konseling Pendidikan dan pekerjaan di SMA (1898). Dan pada tahun 1907 ia mencoba memasukkan program Bimbingan (Guidance) ke dalam pengalaman pendidikan para siswa Central High School di Detroit.
Eli Weaver pada tahun 1905 mendirikan sebuah komite yang diketuainya sendiri yaitu Students Aid Committee Of The High School di New york. Dalam pengembangan komitenya, Weaver sampai pada kesimpulan bahwa siswa butuh saran dan konsultasi sebelum mereka masuk dunia kerja. Pada tahun 1920-an, para konselor sekolah di Boston dan New York diharapkan dapat membantu para siswa dalam memilih sekolah dan pekerjaan. Selama tahun 1920-an itu pula, sertifikasi konselor sekolah mulai diterapkan pada kedua kota tersebut.(Bimo Walgito,2010:15)
Jika dilihat dari perkembangannya, Bimbingan Konseling mula-mulanya hanya dikenal sebatas pada bimbingan pekerjaan (Vocational Guidance), sebagaimana peran dari Biro yang didirikan Frank Parson di Boston. Namun sebenarnya tidak hanya itu,di sisi lain perkembangan Bimbingan Konseling pun merambah kebidang pendidikan (Education Guidance) yang dirintis oleh Jasse B. Davis. dan sekarang dikenal pula adanya bimbingan dalam segi kepribadian (Personal Guidance).
Pada dasarnya, Bimbingan Konseling tidak hanya berkmbang pada bidang-bidang tersebut, namun berkembang pula pada bidang-bidang lain yang meliputi pengertian dan praktek bimbingan dan Konseling, seperti bimbingan dalam bidang sosial, kewarganegaraan, keagamaan, dan lain-lain.
2.2.2  Faktor- Faktor yang Melatar Belakangi Berkembangnya Bimbingan Konseling
Upaya layanan bimbingan dan konseling secara profesional lahir di Amerika Serikat dan berkembang pesat abad ke-20. Banyak faktor yang mendorong pesatnya perkembangan disiplin ilmu ini, hingga mampu menerobos institusi-institusi pendidikan khususnya sekolah. Sedikitnya, terdapat enam faktor yang mempelopori perkembangan bimbingan dan konseling tersebut, di antaranya yaitu:
1.      Perhatian pemerintah terhadap penduduk imigran yang datang ke Amerika Serikat dari kawasan Eropa, mereka membutuhkan pekerjaan yang layak, dari situlah kemudian mendapat layanan dari biro - biro vokasional pemerintah, yang melalui penyuluhan - penyuluhan untuk mengarahkan bakat dan minat mereka agar pekerjaan yang di dapat sesuai dengan potensi mereka.
2.      Pandangan Kristen yang beranggapan bahwa dunia adalah tempat pertempuran antara kekuatan baik dan buruk, atas dasar ini maka berbagai lembaga pendidikan di wajibkan mengajarkan moral kebaikan agar anak didiknya kelak menjadi pemenang dalam melawan kejahatan atau keburukan tersebut.
3.      Pengaruh dari disiplin ilmu kesehatan mental yang pada awalnya memperjuangkan perlakuan manusiawi kepada orang - orang yang terkena gangguan jiwa dan sedang di tampung di rumah sakit. Kemudian disiplin ilmu ini melakukan gerakan antisipasi terhadap gangguan mental kepada masyarakat. Sebab mereka berangggapan bahwa gangguan mental dapat di cegah jika mampu dideteksi sejak dini.
4.      Dampak dari gerakan testing psikologis yang semakin mengembangkan sayapnya dalam membuat instrumen-instrumen berupa tes-tes kepribadian untuk menyeleksi karyawan di berbagai perusahaan.
5.      Subsidi dari pemerintah terhadap federal yang memungkinkan lembaga-lembaga pendidikan untuk mengangkat beberapa konselor untuk menangani bimbingan karier, pendidikan karier, penanggulangan kenakalan remaja, antisipasi terhadap penggunaan obat bius, dan lain – lain
6.      Pengaruh dari penyakit terapi nondirektif (client cetered therapy), yang dikembangkan oleh Carl Rogers, dengan menggantikan pendekatan otoriter serta paternalistic dengan pendekatan pada potensi personal kliennya.(Jareperpus,2011).

2.3  Sejarah Perkembangan Bimbingan Konseling Di Indonesia
2.3.1  Sejarah Lahirnya Bimbingan Konseling di Indonesia
Di Indonesia sendiri, praktek Bimbingan Konseling sebenarnya sudah lama diperankan, seperti berdirinya organisasi pemuda Budi Utomo pada tahun 1908, hingga pada periode selanjutnya berdirilah perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara yang menanamkan nilai-nilai Nasionalisme di kalangan para siswanya.
Prinsip didaktik yang dipegang oleh Perguruan Nasional Taman Siswa ini antara lain: kemerdekaan belajar, bekerja dan menggunakan pendekatan konvergensi. Dari pola pendidikan Taman Siswa tersebut telah nampak perhatian dan penghargaan terhadap potensi seseorang dan kemerdekaan untuk mengembangkan potensi. Hal ini merupakan benih dari gerakan bimbingan konseling.
Dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan didiriknnya beberapa kementerian pada waktu itu (ada Kantor Penempatan Kerja) yang salah satu kegiatannya dilakukan di Kantor Penempatan Tenaga Kerja yang maksudnya untuk menempatkan orang-orang agar dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya dan ini menyerupai VocationalBureau yang didirikan oleh Frank Parsons di Boston. Sekarang ini kantor Penempatan Tenaga Kerja ini tumbuh menjadi Departemen Tenaga Kerja.
Dalam perkembangannya, bimbingan dan konseling di Indonesia memiliki alur yang sama seperti halnya perkembangannya di Amerika, yaitu bermula dari bimbingan pekerjaan (Vocational Guidance) lalu merambah kepada bimbinganpendidikan (Education Guidance).
2.3.2  Sejarah Perkembangan Bimbingan Konseling dalam System Pendidikan di Indonesia
Perkembangannya dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah. Penggunaan istilah Guidance dan Counseling di Indonesia yang tetap menggunakan istilah yang disingkat GC,  Bimbingan dan Penyuluhan yang disingkat BP. Sekarang secara nasional disebut Bimbingan dan Konseling dengan singkatan BK.
BK secara formal dibicarakan oleh para ahli pada tahun 1960. Tetapi di Yogyakarta pada tahun 1958, Drs. Tohari Musnamar, dosen IKIP Yogyakarta telah mempelopori pelaksanaan BK di sekolah untuk pertama kalinya di SMA Teladan Yogyakarta. Tahun 1960 diadakan konferensi FKIP seluruh Indonesia di Malang, memutuskan bahwa bimbingan dan konseling dimasukan dalam FKIP. Pada tahun 1961 mulai diadakan layanan bimbingan dan konseling diseluruh SMA Teladan di Indonesia, sejak saat itulah BK di Indonesia dimulai.
Pada kurikulum 1975 untuk sekolah umum, dan kurikulum 1976 untuk sekolah kejuruan dicantumkan secara tegas bahwa layanan bimbingan dan konseling harus dilaksanakan disetiap sekolah. Perkembangan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sangat dirasakan perlu dan pentingnya ada pembimbing khusus (profesional) mengenai bimbingan dan konseling di sekolah.
Perumusan dan pencantuman resmi dalam rencana pembelajaran SMA disusul dengan berbagai pengembangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Puncaknya didirikannya jurusan bimbingan dan penyuluhan di FKIP negeri. Salah satunya adalah UPI pada tahun 1963. Usaha mewujudkan sistem sekolah pembangunan dilaksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan yang diberi nama Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) yang diuji coba di delapan IKIP.
Secara formal BK diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975, yang menyatakan bahwa bimbingan dan penyuluhan merupakan integral dalam sistem pendidikan di sekolah. Tahun 1975 bergiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang. Dalam dekade tahun 80 - an bimbingan diupayakan agar lebih mantap untuk mewujudkan layanan bimbingan yang profesional dengan penyempurnaan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 telah di dalamnya dimasukkan bimbingan karir.
UU No.2 Tahun 1989 pasal 1 ayat 1 tentang  sistem pendidikan nasional, yang menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.
PP No.28 Bab X Pasal 25 Tahun 1990 dan PP No.29 Bab X Pasal 27 tahun 1990 yang menyatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
SK Menpan No.84 tahun 1993 pasal 3 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya menyebutkan “Tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.”
Menpan SK No.26 tahun 1989 yang menyatakan adanya pekerjaan bimbingan dan penyuluhan (konseling) dan pekerjaan mengajar satu sama lain berkedudukan seimbang dan sejajar.
Keluarnya SK Menpan tersebut tidak berlebihan jika dikatakan bahwa keprofesionalan bimbingan dan konseling (konselor) kurang jelas sehingga perlu memperoleh kejelasan tentang batas kewengan antara guru dan konselor (pembimbing).
Berdasarkan penelaahan terhadap perjalanan historis gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia, Prayitno mengemukakan periodesasi perkembangan gerakan bimbingan dan konseling di indonesia melalui lima periode, yaitu :
1.      Prawacana dan Pengenalan (sebelum 1960 sampai 1970 - an)
Pada periode ini pembicaraan tentang bimbingan dan konseling sudah dimulai, terutama oleh pendidik yang belajar di luar negeri dengan dibukanya jurusan bimbingan dan penyuluhan di UPI Bandung pada tahun 1963.
Pembukaan jurusan ini menandai dimulainya periode kedua yang secara tidak langsung memperkenalkan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat, akademik, dan pendidikan.
Kesuksesan periode ini ditandai dengan diluluskannya sejumlah sarjana BP dan semakin dipahami dan dirasakan kebutuhan akan pelayanan tersebut.
2.      Pemasyarakatan (1970 sampai 1990 - an)
Periode ini diberlakukan kurikulum 1975 untuk sekolah dasar sampai sekolah menengah tingkat atas mengintegrasikan layanan BP untuk siswa. Pada tahun ini terbentuk organisasi profesi BP dengan nama IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia).
Pada periode ketiga ini ditandai dengan berlakunya kurikulum 1984 yang difokuskan pada bimbingan karir. Periode ini muncul beberapa masalah seperti :
·         Berkembangnya pemahaman yang keliru yaitu mengidentikkan bimbingan karir (BK) dengan BP sehingga muncul istilah BP/BK.
·         Kerancuan dalam mengimplementasikan SK Menpan No.26 tahun 1989 terhadap penyelenggaraan bimbingan di sekolah yang menyatakan bahwa semua guru dapat diserahi tugas melaksanakan pelayanan BP yang mengakibatkan pelayanan BP menjadi kabur baik pemahaman maupun mengimplementasikannya.
3.      Konsolidasi (1990-2000)
Periode ini IPBI mengubah kebijakan bahwa pelayanan BP dapat dilaksanakan oleh semua guru yang ditandai dengan :
·         Diubahnya secara resmi kata penyuluhan menjadi konseling
·         Pelayanan BK disekolah hanya dilaksanakan oleh guru pembimbing yang secara khusus ditugasi untuk itu
·         Diselenggarakan penataran (nasional dan daerah) untuk guru-guru pembimbing
·         Adanya formasi untuk mengangkat menjadi guru pembimbing
·         Pola pelayanan BK di sekolah dikemas “BK Pola 17”
·         Bidang pengawasan sekolah dibentuk bidang pengawasan BK
·         Dikembangkannya sejumlah panduan pelayanan BK di sekolah yang lebih operasional oleh IPBI
4.      Lepas Landas
Semula diharapkan periode konsolidasi akan dapat mencapai hasil-hasil yang memadai, sehingga muncul tahun 2001 profesi BK di Indonesia sudah dapat tinggal landas. Namun kenyataannya masih ada permasalahan yang belum terkonsolidasi yang berkenaan dengan SDM yaitu mengenai untrained, undertrained, dan uncomitted para pelaksana pelayanan.
Pada tahun-tahun selanjutnya ada perkembangan menuju era lepas landas yaitu sebagai berikut :
·         Penggantian nama organisasi profesi dari IPBI menjadi ABKIN
·         Lahirnya undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang di dalamnya termuat ketentuan bahwa konselor termasuk salah satu tenaga pendidik bab 1 pasal 1 ayat
·         Kerja sama pengurus besar ABKIN dengan dikti depdiknas tentang standarisasi profesi konseling
·         Kerja sama ABKIN dengan direktorat PLP dalam kompetensi guru pembimbing (konselor) SMP sekaligus memberikan pelatihan bagi mereka





BAB III
SIMPULAN

3.1  Simpulan
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma - norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Gerakan bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American Education”. yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan yang ada pada  dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi dengan memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi dirinya.
Berdasarkan penelaahan terhadap perjalanan historis gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia, Prayitno mengemukakan periodesasi perkembangan gerakan bimbingan dan konseling di indonesia melalui lima periode, yaitu :
1.      Prawacana dan Pengenalan (sebelum 1960 sampai 1970 - an)
2.      Pemasyarakatan (1970 sampai 1990 - an)
3.      Konsolidasi (1990 - 2000)
4.      Lepas Landas

3.2  Saran
·         Mahasiswa sebagai calon guru harus melakukan bimbingan konseling yang baik untuk memotivasi peserta didiknya
·         Mahasiswa harus memperdalam pemahaman tentang Bimbingan Konseling
·         Mahasiswa harus mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah yang dihadapi peserta didik dalam Bimbingan Konseling
·         Mahasiswa juga harus mengetahui bagaimana Sejarah Bimbingan Konseling


DAFTAR PUSTAKA



 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar