BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang diciptakan
oleh Alloh SWT yang diberi kelebihan untuk berfikir, maka dari itu kita sebagai
manusia harus bisa berfikir dengan baik bagaimana cara mendidik atau mengajar
anak – anak yang belum dewasa sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang
akan mereka (peserta didik) lalui, sehingga dibutuhkan guru yang kompeten
dibidang bimbingan konseling disetiap sekolah - sekolah apalagi peserta didik
SD/MI yang masih perlu banyak bimbingan untuk mengetahui perilaku atau tingkah
laku yang harus digunakan didalam masyarakat dan bagaimana dibersikap terhadap
sesama teman dikelasnya sendiri. Dan juga bagaimana cara menyelesaikan masalah
– masalah yang terjadi pada peserta didik baik dikelas, dirumah (keluarga), dan
masyarakat (teman sekelah). Akibatnya kita sebagai calon guru SD/MI harus bisa
melakukan bimbingan konseling dengan baik terhadap anak dan harus tahu
bagaimana menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh peserta didik yang kita
ajar.
Sehingga kami sebagai calon guru SD/MI
haruslah mengetahui bagaimana sejarah munculnya bimbingan konseling di
Indonesia (secara umum dan secara khusus) dan sebelum mengetahui sejarah
bimbingan konseling di Indonesia, kita harus mengetahui pengertian bimbingan
konseling terlebih dahulu.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa
pengertian Bimbingan Konseling ?
2. Bagaimana
Sejarah Bimbingan Konseling secara umum ?
3. Bagaimana
Sejarah Bimbingan Konseling di Indonesia ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut :
·
Memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Bimbingan Konseling
·
Memahami bagaimana pengertian
Bimbingan Konseling
·
Mengetahui bagaimana
Sejarah Bimbingan konselung secara umum
·
Mengetahui bagaimana Sejarah
Bimbingan Konseling di Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan
bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar
mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial,
belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan upaya
proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat
perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan
lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya.
Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni
proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat
dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang
penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara
individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah
dan memperbaiki perilaku.
2.2 Sejarah
Perkembangan Bimbingan Konseling Secara
Umum
2.2.1 Sejarah
Lahirnya Bimbingan Konseling
Gerakan
bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan didirikannya
suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk
selanjutnya dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American
Education”. yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan
pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan
kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan
secara intelijensi dengan memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi
dirinya.
Disinilah
pertama kalinya istilah Bimbingan (Vocational Guidance) dikenal,
tepatnya pada akhir abad ke - 19 hingga awal abad ke - 20 di Boston. Dengan
didirikannya biro yang bergerak di bidang profesi dan ketenaga kerjaan. Dengan
tujuan membantu para pemuda dalam memilih karir yang ia bidangi dan melatih
para guru untuk memberikan layanan bimbingan di sekolah.
Pada
masa yang hampir bersamaan, seorang konselor di Detroit Jasse B. Davis mulai
memberikan layanan Konseling Pendidikan dan pekerjaan di SMA (1898). Dan pada
tahun 1907 ia mencoba memasukkan program Bimbingan (Guidance) ke dalam
pengalaman pendidikan para siswa Central High School di Detroit.
Eli
Weaver pada tahun 1905 mendirikan sebuah komite yang diketuainya sendiri yaitu Students
Aid Committee Of The High School di New york. Dalam pengembangan komitenya,
Weaver sampai pada kesimpulan bahwa siswa butuh saran dan konsultasi sebelum
mereka masuk dunia kerja. Pada tahun 1920-an, para konselor sekolah di Boston
dan New York diharapkan dapat membantu para siswa dalam memilih sekolah dan
pekerjaan. Selama tahun 1920-an itu pula, sertifikasi konselor sekolah mulai
diterapkan pada kedua kota tersebut.(Bimo Walgito,2010:15)
Jika
dilihat dari perkembangannya, Bimbingan Konseling mula-mulanya hanya dikenal
sebatas pada bimbingan pekerjaan (Vocational Guidance), sebagaimana
peran dari Biro yang didirikan Frank Parson di Boston. Namun sebenarnya tidak
hanya itu,di sisi lain perkembangan Bimbingan Konseling pun merambah kebidang
pendidikan (Education Guidance) yang dirintis oleh Jasse B. Davis. dan
sekarang dikenal pula adanya bimbingan dalam segi kepribadian (Personal
Guidance).
Pada
dasarnya, Bimbingan Konseling tidak hanya berkmbang pada bidang-bidang
tersebut, namun berkembang pula pada bidang-bidang lain yang meliputi pengertian
dan praktek bimbingan dan Konseling, seperti bimbingan dalam bidang sosial,
kewarganegaraan, keagamaan, dan lain-lain.
2.2.2 Faktor- Faktor yang Melatar Belakangi Berkembangnya
Bimbingan Konseling
Upaya
layanan bimbingan dan konseling secara profesional lahir di Amerika Serikat dan
berkembang pesat abad ke-20. Banyak faktor yang mendorong pesatnya perkembangan
disiplin ilmu ini, hingga mampu menerobos institusi-institusi pendidikan
khususnya sekolah. Sedikitnya, terdapat enam faktor yang mempelopori
perkembangan bimbingan dan konseling tersebut, di antaranya yaitu:
1. Perhatian
pemerintah terhadap penduduk imigran yang datang ke Amerika Serikat dari
kawasan Eropa, mereka membutuhkan pekerjaan yang layak, dari situlah kemudian
mendapat layanan dari biro
- biro vokasional
pemerintah, yang melalui penyuluhan
- penyuluhan untuk
mengarahkan bakat dan minat mereka agar pekerjaan yang di dapat sesuai dengan
potensi mereka.
2. Pandangan
Kristen yang beranggapan bahwa dunia adalah tempat pertempuran antara kekuatan
baik dan buruk, atas dasar ini maka berbagai lembaga pendidikan di wajibkan
mengajarkan moral kebaikan agar anak didiknya kelak menjadi pemenang dalam
melawan kejahatan atau keburukan tersebut.
3. Pengaruh
dari disiplin ilmu kesehatan mental yang pada awalnya memperjuangkan perlakuan
manusiawi kepada orang - orang yang terkena
gangguan jiwa dan sedang di tampung di rumah sakit. Kemudian disiplin ilmu ini
melakukan gerakan antisipasi terhadap gangguan mental kepada masyarakat. Sebab
mereka berangggapan bahwa gangguan mental dapat di cegah jika mampu dideteksi
sejak dini.
4. Dampak
dari gerakan testing psikologis yang semakin mengembangkan sayapnya dalam
membuat instrumen-instrumen berupa tes-tes kepribadian untuk menyeleksi
karyawan di berbagai perusahaan.
5. Subsidi
dari pemerintah terhadap federal yang memungkinkan lembaga-lembaga pendidikan
untuk mengangkat beberapa konselor untuk menangani bimbingan karier, pendidikan
karier, penanggulangan kenakalan remaja, antisipasi terhadap penggunaan obat
bius, dan lain – lain
6.
Pengaruh dari penyakit
terapi nondirektif (client cetered therapy), yang dikembangkan oleh Carl
Rogers, dengan menggantikan pendekatan otoriter serta paternalistic dengan
pendekatan pada potensi personal kliennya.(Jareperpus,2011).
2.3 Sejarah
Perkembangan Bimbingan Konseling Di
Indonesia
2.3.1 Sejarah
Lahirnya Bimbingan Konseling di Indonesia
Di Indonesia sendiri, praktek
Bimbingan Konseling sebenarnya sudah lama diperankan, seperti berdirinya
organisasi pemuda Budi Utomo pada tahun 1908, hingga pada periode selanjutnya
berdirilah perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 yang diprakarsai oleh Ki Hajar
Dewantara yang menanamkan nilai-nilai Nasionalisme di kalangan para siswanya.
Prinsip didaktik yang dipegang oleh
Perguruan Nasional Taman Siswa ini antara lain: kemerdekaan belajar, bekerja
dan menggunakan pendekatan konvergensi. Dari pola pendidikan Taman Siswa
tersebut telah nampak perhatian dan penghargaan terhadap potensi seseorang dan
kemerdekaan untuk mengembangkan potensi. Hal ini merupakan benih dari gerakan
bimbingan konseling.
Dengan
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan
didiriknnya beberapa kementerian pada waktu itu (ada Kantor Penempatan Kerja)
yang salah satu kegiatannya dilakukan di Kantor Penempatan Tenaga Kerja yang
maksudnya untuk menempatkan orang-orang agar dapat bekerja sesuai dengan
kemampuannya dan ini menyerupai VocationalBureau yang didirikan oleh
Frank Parsons di Boston. Sekarang ini kantor Penempatan Tenaga Kerja ini tumbuh
menjadi Departemen Tenaga Kerja.
Dalam perkembangannya, bimbingan
dan konseling di Indonesia memiliki alur yang sama seperti halnya
perkembangannya di Amerika, yaitu bermula dari bimbingan pekerjaan (Vocational
Guidance) lalu merambah kepada bimbinganpendidikan (Education Guidance).
2.3.2 Sejarah
Perkembangan
Bimbingan Konseling dalam System Pendidikan di Indonesia
Perkembangannya
dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah. Penggunaan
istilah Guidance dan Counseling di Indonesia yang tetap
menggunakan istilah yang disingkat GC,
Bimbingan dan Penyuluhan yang disingkat BP. Sekarang secara nasional
disebut Bimbingan dan Konseling dengan singkatan BK.
BK
secara formal dibicarakan oleh para ahli pada tahun 1960. Tetapi di Yogyakarta
pada tahun 1958, Drs. Tohari Musnamar, dosen IKIP Yogyakarta telah mempelopori
pelaksanaan BK di sekolah untuk pertama kalinya di SMA Teladan Yogyakarta.
Tahun 1960 diadakan konferensi FKIP seluruh Indonesia di Malang, memutuskan
bahwa bimbingan dan konseling dimasukan dalam FKIP. Pada tahun 1961 mulai diadakan
layanan bimbingan dan konseling diseluruh SMA Teladan di Indonesia, sejak saat
itulah BK di Indonesia dimulai.
Pada
kurikulum 1975 untuk sekolah umum, dan kurikulum 1976 untuk sekolah kejuruan
dicantumkan secara tegas bahwa layanan bimbingan dan konseling harus
dilaksanakan disetiap sekolah. Perkembangan bimbingan dan konseling di sekolah
di Indonesia sangat dirasakan perlu dan pentingnya ada pembimbing khusus
(profesional) mengenai bimbingan dan konseling di sekolah.
Perumusan
dan pencantuman resmi dalam rencana pembelajaran SMA disusul dengan berbagai
pengembangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Puncaknya didirikannya
jurusan bimbingan dan penyuluhan di FKIP negeri. Salah satunya adalah UPI pada
tahun 1963. Usaha mewujudkan sistem sekolah pembangunan dilaksanakan melalui
proyek pembaharuan pendidikan yang diberi nama Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) yang diuji coba di delapan IKIP.
Secara
formal BK diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975, yang
menyatakan bahwa bimbingan dan penyuluhan merupakan integral dalam sistem
pendidikan di sekolah. Tahun 1975 bergiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia
(IPBI) di Malang. Dalam dekade tahun 80 - an bimbingan diupayakan agar lebih
mantap untuk mewujudkan layanan bimbingan yang profesional dengan penyempurnaan
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 telah di dalamnya dimasukkan bimbingan karir.
UU
No.2 Tahun 1989 pasal 1 ayat 1 tentang
sistem pendidikan nasional, yang menyatakan bahwa “Pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.
PP
No.28 Bab X Pasal 25 Tahun 1990 dan PP No.29 Bab X Pasal 27 tahun 1990 yang
menyatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa
depan.
SK
Menpan No.84 tahun 1993 pasal 3 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya menyebutkan “Tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan,
melaksanakan program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan
tindak lanjut program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung
jawabnya.”
Menpan
SK No.26 tahun 1989 yang menyatakan adanya pekerjaan bimbingan dan penyuluhan (konseling)
dan pekerjaan mengajar satu sama lain berkedudukan seimbang dan sejajar.
Keluarnya
SK Menpan tersebut tidak berlebihan jika dikatakan bahwa keprofesionalan
bimbingan dan konseling (konselor) kurang jelas sehingga perlu memperoleh
kejelasan tentang batas kewengan antara guru dan konselor (pembimbing).
Berdasarkan
penelaahan terhadap perjalanan historis gerakan bimbingan dan konseling di
Indonesia, Prayitno mengemukakan periodesasi perkembangan gerakan bimbingan dan
konseling di indonesia melalui lima periode, yaitu :
1.
Prawacana dan Pengenalan (sebelum
1960 sampai 1970 - an)
Pada
periode ini pembicaraan tentang bimbingan dan konseling sudah dimulai, terutama
oleh pendidik yang belajar di luar negeri dengan dibukanya jurusan bimbingan
dan penyuluhan di UPI Bandung pada tahun 1963.
Pembukaan
jurusan ini menandai dimulainya periode kedua yang secara tidak langsung
memperkenalkan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat, akademik, dan
pendidikan.
Kesuksesan
periode ini ditandai dengan diluluskannya sejumlah sarjana BP dan semakin
dipahami dan dirasakan kebutuhan akan pelayanan tersebut.
2.
Pemasyarakatan (1970 sampai 1990
- an)
Periode
ini diberlakukan kurikulum 1975 untuk sekolah dasar sampai sekolah menengah
tingkat atas mengintegrasikan layanan BP untuk siswa. Pada tahun ini terbentuk
organisasi profesi BP dengan nama IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia).
Pada
periode ketiga ini ditandai dengan berlakunya kurikulum 1984 yang difokuskan
pada bimbingan karir. Periode ini muncul beberapa masalah seperti :
·
Berkembangnya pemahaman yang keliru yaitu mengidentikkan
bimbingan karir (BK) dengan BP sehingga muncul istilah BP/BK.
·
Kerancuan dalam mengimplementasikan SK Menpan No.26 tahun
1989 terhadap penyelenggaraan bimbingan di sekolah yang menyatakan bahwa semua
guru dapat diserahi tugas melaksanakan pelayanan BP yang mengakibatkan
pelayanan BP menjadi kabur baik pemahaman maupun mengimplementasikannya.
3.
Konsolidasi (1990-2000)
Periode
ini IPBI mengubah kebijakan bahwa pelayanan BP dapat dilaksanakan oleh semua
guru yang ditandai dengan :
·
Diubahnya secara resmi kata penyuluhan menjadi konseling
·
Pelayanan BK disekolah hanya dilaksanakan oleh guru
pembimbing yang secara khusus ditugasi untuk itu
·
Diselenggarakan penataran (nasional dan daerah) untuk
guru-guru pembimbing
·
Adanya formasi untuk mengangkat menjadi guru pembimbing
·
Pola pelayanan BK di sekolah dikemas “BK Pola 17”
·
Bidang pengawasan sekolah dibentuk bidang pengawasan BK
·
Dikembangkannya sejumlah panduan pelayanan BK di sekolah
yang lebih operasional oleh IPBI
4.
Lepas Landas
Semula
diharapkan periode konsolidasi akan dapat mencapai hasil-hasil yang memadai,
sehingga muncul tahun 2001 profesi BK di Indonesia sudah dapat tinggal landas.
Namun kenyataannya masih ada permasalahan yang belum terkonsolidasi yang
berkenaan dengan SDM yaitu mengenai untrained, undertrained, dan
uncomitted para pelaksana pelayanan.
Pada
tahun-tahun selanjutnya ada perkembangan menuju era lepas landas yaitu sebagai
berikut :
·
Penggantian nama organisasi profesi dari IPBI menjadi ABKIN
·
Lahirnya undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional yang di dalamnya termuat ketentuan bahwa konselor termasuk
salah satu tenaga pendidik bab 1 pasal 1 ayat
·
Kerja sama pengurus besar ABKIN dengan dikti depdiknas
tentang standarisasi profesi konseling
·
Kerja sama ABKIN dengan direktorat PLP dalam kompetensi guru
pembimbing (konselor) SMP sekaligus memberikan pelatihan bagi mereka
BAB
III
SIMPULAN
3.1
Simpulan
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan
bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar
mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial,
belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
berdasarkan norma - norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Gerakan bimbingan lahir
pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan didirikannya suatu vocational
bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal sebagai “Father
of The Guedance Movement in American Education”. yang menekankan pentingnya
setiap individu diberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami
berbagai perbuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar
dapat dipergunakan secara intelijensi dengan memilih pekerjaan yang terbaik
yang tepat bagi dirinya.
Berdasarkan
penelaahan terhadap perjalanan historis gerakan bimbingan dan konseling di
Indonesia, Prayitno mengemukakan periodesasi perkembangan gerakan bimbingan dan
konseling di indonesia melalui lima periode, yaitu :
1.
Prawacana dan Pengenalan (sebelum
1960 sampai 1970 - an)
2. Pemasyarakatan
(1970 sampai 1990 - an)
3. Konsolidasi
(1990 - 2000)
4.
Lepas Landas
3.2
Saran
·
Mahasiswa
sebagai calon guru harus melakukan bimbingan konseling yang baik untuk
memotivasi peserta didiknya
·
Mahasiswa
harus memperdalam pemahaman tentang Bimbingan Konseling
·
Mahasiswa
harus mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah yang dihadapi peserta
didik dalam Bimbingan Konseling
·
Mahasiswa
juga harus mengetahui bagaimana Sejarah Bimbingan Konseling
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar