UJIAN
TENGAH SEMESTER
MATEMATIKA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Matematika
Oleh :
Dede Nia
1351.031
Desri Susanti 1351.036
IV A
INSTITUT
AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYAH
PONDOK
PESANTREN SURYALAYA
FAKULTAS
TARBIYAH PGMI/SD
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Matematika adalah pelajaran yang
tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan oleh manusia
selalu menghadirkan konsep matematika seperti menghitung, membagi,
menjumlahkan, dan mengurangi. Belajar matematika juga mampu melatih seseorang
untuk berpikir logis dan teliti. Peran matematika yang besar bagi kehidupan
manusia menjadikan matematika sebagai pelajaran yang jadikan syarat bagi
kelulusan siswa untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
Matematika sudah diajarkan mulai
dari pendidikan dasar atau Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.
Meskipun matematika sudah diajarkan sejak SD, masih banyak siswa pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi kurang menguasai konsep matematika. Bahkan
terkadang pelajaran matematika telah menjadi penyebab kegagalan siswa untuk
lulus ujian sekolah sehingga pelajaran matematika dianggap sangat menakutkan
bagi siswa. kondisi ini telah memicu banyaknya bermunculan les privat atau
bimbingan belajar matematika.
Masyarakat biasanya menganggap siswa
yang tidak pandai dalam pelajaran matematika adalah siswa yang bodoh. Angapan
tersebut adalah anggapan yang salah karena secara psikologi, kemampuan
seseorang bisa dilatih. Siswa yang kurang pandai dalam pelajaran matematika
adalah siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. kesulitan belajar tidak
hanya disebabkan oleh gangguan sistem saraf (dyscalculia), namun juga
disebabkan oleh kurangnya kualitas materi, metode pembelajaran yang
mekanistik, dan model pembelajaran yang monoton atau sulitnya konsep matematika
untuk dipahami.
Mengingat pentingnya pelajaran
matematika, kesulitan belajar matematik tersebut harus segera diatasi supaya
anak bisa menyerap informasi matematika dengan mudah. Sayangnya, banyak guru
dan orang tua yang belum mengetahui informasi tentang kesulitan belajar siswa
sehingga cap “anak bodoh” masih sering terdengar. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengkajian tentang kesulitan belajar matematika siswa SD. Kajian ini
bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat khususnya guru dan orang tua
tentang kesulitan belajar matematika dan cara menanganinya.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
saja faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dan memahami matematika pada
peserta didik?
2. Bagaimana
cara mengatasi kesulitan belajar dan memahami matematika pada peserta didik?
1.3 Tujuan
dan Manfaat
1. Untuk
mengetahui penyebab kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam
memahami dan belajar matematika.
2. Untuk
mengetahui tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi kesulitan
peserta didik dalam memahami dan belajar matematika.
3. Untuk
mengetahui dan memotivasi diri sendiri bahwa matematika itu tidaklah sesulit
apa yang dibayangkan banyak orang.
1.4 Metode
Penulisan
Metode
penulisan yang saya gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah melalui
pengambilan materi dari berbagai sumber buku dan referensi internet. Karena
didalam pembuatan makalah ini tidak lengkap rasanya apabila hanya dari buku
saja, maka saya mencari sebagian materi dari internet, sebagai bahan pemikiran
dalam pembuatan makalah ini. Jadi saya tidak menggunakan metode interaksi
langsung kepada orang – orang yang mengetahui tentang konsep matematika yang
dianggap sulit oleh kabanyakan orang ataupun kepada peserta didik yang terkena
pengaruh dari guru atau orangtuanya yang menggamgap matematika itu sebagai mata
pelajaran yang sulit untuk dipelajari.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Matematika
Dalam pendidikan matematika saat ini
adalah bahwa matematika dipandang sebagai produk (pengetahuan) dan proses
(kegiatan), antara lain melakukan percobaan (experiment), membuat dugaan
(conjecture), membuktikan (proofing), menetralisasikan (generalisize), mengambil
keputusan (justification), dan mengkomunikasikan (comunication). Matematika
dapat dikatakan sebuah ilmu, karena memenuhi kriteria dalam filsafat ilmu,
yakni ontologis, epistimologis, dan aksiologis.
Ontologis matematika adalah isi dari
matematika itu sendiri, yakni bilangan (numbers), geometri, aljabar, pengukuran
(meausurement), dan data analisis dan peluang (data analisys and proboblity).
Epistimologisnya adalah dengan melalui penalaran (reasoning), pemahaman
(understanding), penghitungan (compute), dan pembuktian (proofing), sementara
aksiologinya adalah bahwa matematika dapat dipergunakan sebagai alat, bahasa,
dan sebagai sarana berfikir dan induktif. Aksiologis matematika banyak terjadi
pada matematika terapan (aplied scienceis), dan dalam matematika murni ( pure
mathematics), matematika mempunyai fungsi sebagai sarana berfikir deduktif dan
induktif.
Walaupun sampai saat ini belum ada
kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan mengenai apa yang disebut
matematika. Sasaran penelaahan matematika tidaklah konkret, tetapi abstrak.
Dengan mengetahui sasaran penelaahan matematika, kita dapat mengetahui hakekat
matematika yang sekaligus dapat kita ketahui juga cara berfikir matemateka.
2.2 Berfikir Matematika
Berpikir matematika merupakan
kegiatan mental, yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi dan atau
generalisasi. Abstraksi merupakan proses untuk menyimpulkan hal-hal yang sama
dari sejumlah objek atau situasi yang berbeda. Pada hakekatnya landasan
berpikir matematika merupakan kesepakatan-kesepakatan yang disebut aksioma,
dengan aksioma-aksioma inilah matematika berkembang menjadi banyak cabang
matematika. Karena lndasan matematika adalah aksioma-aksioma, maka matematika
merupakan sistem aksiomatik. Dalam sistem yang aksiomatik, kumpulan
aksioma-aksioma taat akan asa (konsistensi) dan hubungan dalam aksioma adalah
saling bebas.
Aksioma sebagai landasan matematika
itu dapat diperoleh dari dunia nyata/alam sekitar sebagai sumber inspirasi,
yang kemudian diabstraksikan dan digeneralisasikan dengan menggunakan
simbol-simbol. Dengan menggunakan bahasa matematika yang penalarannya deduktif,
diperoleh teorema, yang kemudian dikembangkan menjadi teorema-teorema yang
akhirnya dapat diaplikasikan ke dalam ilmu-ilmu lain yang bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari.
2.3 Tiga Aliran dalam Matematika
Menjelang berakhirnya abad ke-20,
terdapat tiga aliran besar dalam matematika, yaitu logikisma (logicism), intuisonisme (intusionism), dan formalisme (formalism). Berikut ini di jelaskan
satu persatu:
a. Logikisma (logicism)
Aliran ini dipelopori oleh Bertrand
Russel (1872-1971) dari inggris yang menyatakan bahwa matematika itu cabang
dari logika. Inti aliran ini adalah (1) konsep matematika dapat diturunkan dari
konsep-konsep logika dengan melalui perumusan yang jelas dan tepat, (2)
teorema-teorema matematika dapat diturunkan dari aksioma-aksioma logika dengan
menggunakan penalaran deduktif semata.
b. Intuisonisme (intusionism)
Aliran ini dipelopori oleh L.E.J
Brouwer (1881-1960) dari Belanda yang menyatakan bahwa matematika didasarkan
atas ilham dasar tentang kemungkinan untuk menyusun barisan yang tidak
terhingga. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat membayangkan untuk
menambahkan pada sesuatu berapapun jumlahnya, demikian seterusnya tanpa
henti.oleh karena itu sistem logikanya tidak bercorak baku dan tidak
mendasarkan pada benar atau salahnya suatu pernyataan.
c. Formalisme (formalism)
Aliran ini dipelopori oleh David
Hilbert (1862-1943) dari Jerman yang menyatakan bahwa simbol-simbol dan
langkah-langkah pengoperasian terhadap operasi dalam matematika merupakan inti
matematika. Matematika merupakan ilmu tentang struktur formal dari
simbol-simbol. Logika yang dipergunakan adalah formal. Penyimpulan yang
dipergunakan adalah deduktif, tanpa menghiraukan arti dari kata-kata yang ada,
melainkan bentuk argumentasi.
2.4 Karakteristik
Matematika
Karakteristik
Matematika yaitu objeknya abstrak, konsep dan prinsipnya berjenjang, dan
prosedur pengerjaannya banyak memanipulasi bentuk-bentuk. Siswa memerlukan
waktu dan peragaan dalam menangkap konsep yang abstrak itu. Siswa akan
mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep berikutnya, jika konsep yang
sebelumnya tidak terbentuk dengan benar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Faktor
penyebab kesulitan belajar dan memahami matematika pada peserta didik
Mata
pelajaran matematika dianggap oleh sebagian besar siswa sebagai mata pelajaran
yang mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi karena matematika itu adalah ilmu
yang abstrak, susah dipahami karena tidak real. Matematika dianggap pelajaran
yang tidak menyenangkan kerena faktor guru yang tidak menyenangkan sering kali
juga dijadikan alasan siswa untuk tidak menyukai matematika. Matematika merupakan momok yang menakutkan karena selama
ini matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit oleh sebagian besar siswa.
Penilaian tersebut tidak lepas dari persepsi yang berkembang dalam masyarakat
tentang matematika
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak
jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar. Namun kesulitan
belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior)
siswa seperti kesukaan berteriak-teriak didalam kelas, mengusik teman,
berkelahi, dan sering bolos dari jam pelajaran matematika.
Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak antara lain:
1. Faktor Internal Siswa
Menurut Muhibbin Syah (2009), faktor internal adalah hal-hal
atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Menurut Resty
Rahajeng (tanpa tahun) faktor internal siswa yang menyebabkan kesulitan belajar
matematika dapat berupa fisiologis, kecerdasan, motivasi, dan minat.
a.
Fisiologis
Faktor fisiologis berkaitan dengan kurang berfungsinya otak,
susunan syaraf atau pun bagian-bagian tubuh yang lain. Guru harus menyadari
bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan
sistem syaraf dalam menerima, memproses, menyimpan dan memunculkan kembali
informasi yang sudah disimpan. Kondisi fisik yang berkaitan dengan kesehatan
anak juga sangat mempengaruhi proses belajar anak, pada saat anak sakit
tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik sehingga proses menerima atau
memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit faktor fisiologis
lainnya yang dapat menyebabkan munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat
tubuh, seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan gerak, serta
cacat tubuh yang tetap seperti buta, tuli, bisu dan lain sebagainya.
b.
Kecerdasan (IQ)
Keberhasilan individu mempelajari berbagai pengetahuan
ditentukan pula oleh tingkat kecerdasannya. Bila seseorang telah mempelajari
suatu ilmu pengetahuan, tetapi kecerdasan individu yang bersangkutan kurang
mendukung, maka pengetahuan yang telah dipelajarinya tetap tidak akan
dimengerti.
c.
Motivasi
Motivasi juga sangat menentukan keberhasilan belajar.
Motivasi merupakan dorongan untuk mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada
yang datang dari dalam individu yang bersangkutan dan ada pula yang datang dari
luar individu, seperti peran orang tua, teman dan guru.
d.
Minat
Minat belajar dari dalam individu sendiri merupakan faktor
yang sangat dominan dalam pengaruhnya pada kegiatan belajar, karena jika dalam
diri individu tidak mempunyai kemauan atau minat untuk belajar maka pelajaran
yang diterimanya hasilnya akan sia-sia.
2.
Faktor eksternal Siswa
Faktor eksternal adalah hal-hal atau keadaan-keadaan yang
datang dari luar diri siswa. Menurut Resty Rahajeng (tanpa tahun) faktor
eksternal dapat berupa lingkungan keluarga, masyarakat, guru, dan media
pembelajaran.
a.
Lingkungan Keluarga
Status ekonomi, status sosial,
kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga berpengaruh terhadap keberhasilan
belajar.
b.
Lingkungan Masyarakat
Peran masyarakat sangat mempengaruhi
anak dalam belajar. Setiap pola masyarakat yang mungkin menyimpang dengan cara
belajar di sekolah akan cepat sekali menyerap dalam diri anak, karena ilmu yang
didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat akan lebih mudah diserap
oleh anak dari pada pengalaman belajarnya di sekolah. Jadi peran masyarakat
akan dapat merubah tingkah laku anak dalam proses belajar
c.
Guru
Peran guru juga sangat berpengaruh
dalam proses belajar anak. Cara guru mengajar sangat menentukan keberhasilan
belajar. Sikap dan kepribadian guru, dasar pengetahuan dalam pendidikan,
penguasaan teknik-teknik mengajar dan kemampuan menyelami alam pikiran setiap
siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu guru sebagai motivator,
fasilitator, inovator dan konduktor masalah-masalah individu siswa perlu
menjadi acuan selama proses pembelajaran berlangsung.
d.
Media Pembelajaran
Media pembelajaran seperti buku-buku
pelajaran, alat peraga, alat-alat tulis juga mempengaruhi keberhasilan anak
dalam belajar. Siswa akan cenderung berhasil apabila dibantu oleh media
pembelajaran yang memadai. Media pembelajaran tersebut akan menunjang proses
pemahaman anak. Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, meskipun kemampuan
setiap anak berbeda satu dengan yang lainnya. Pada saat anak mengalami
kesulitan belajar dan mendapatkan nilai yang rendah sebaiknya orang tua atau
guru tidak mengatakan bahwa anak tersebut bodoh atau gagal, akan tetapi mencari
tahu apa penyebab dari masalah anak tersebut dan memberikan bantuan untuk
mengatasi kesulitannya.
1.2
Upaya mengatasi
kesulitan belajar dan memahami matematika pada peserta didik
Untuk mencegah atau
mengatasi kesulitan belajar matematika pada anak di perlukan peran orang tua
dan guru agar memberikan perhatian yang cukup kepada anak, sehingga kekurangan
atau kelemahan-kelemahan mereka dapat di ketahui dan di atasi. Menurut
Muhibbin Syah (2000) ada dua langkah yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengatasi kesulitan belajar matematika pada siswa. Kedua langkah pemecahan
permasalahan kesulitan belajar matematika tersebut dapat di lakukan dengan dua
pendekatan antara lain:
1. Pendekatan yang
pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat dilakukan dengan
teknik individualisasi yang dibantu tim. Pendekatan ini menggunakan pengajaran
secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini
mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak
berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama.
2. Pendekatan yang kedua,
yaitu jalan pintas, dengan memberikan kalkulator untuk menghitung. Pendekatan
ini dilakukan untuk anak yang mengalami gangguan matematika yang disebabkan
oleh gangguan fisiologis yaitu dyscalculia. Hal ini sederhana karena anak dengan
problem dyscalculia tidak memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan
tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
BAB IV
SIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Matematika sampai saat ini masih
dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami bahkan ditakuti oleh
sebagian peserta didik mulai dari tingkat SD sampai SLTA. Itu disebabkan karena
para peserta didik sebelum mempelajari pelajaran matematika itu sendiri sudah
menganggap pelajaran tersebut sulit, padahal kalau peserta didik tidak
menanamkan kata sulit itu sendiri mungkin pembelajaran matematika tidak akan
sulit untuk dipahami.
Kesulitan
peserta didik dalam memahami mata pelajaran matematika dapat disebabkan oleh berbagai
faktor yang membuat peserta didik tidak bisa menyerap semua yang disampaikan
oleh gurunya, masalahnya bisa disebabkan oleh karakteristik matematika, masalah
peserta didik yang berfikir bahwa matematika itu sulit dan membosankan, masalah
guru dan metode belajar mengajar yang di terapkan oleh guru belum bisa membuat
peserta didik memahami dan mengerti mata pelajaran matematika.
4.2 Saran
Dalam mengatasi masalah peserta didik
yang menganggap bahwa mata pelajaran matematika sangat menakutkan, membosankan
dan sulit untuk dipahami yaitu dengan mengubah pola fikir peserta didik bahwa
matematika itu menyenangkan dan tidak menakutkan untuk di pelajari.
Untuk
mengatasinya diperlukan beberapa upaya diantaranya, yaitu:
1.
Orang tua sebaiknya lebih memperhatikan kesulitan belajar
anak dan membimbingnya dengan cara yang benar.
2.
Guru sebaiknya lebih teliti dalam mendiognosis penyebab
kesulitan belajar matematika siswa supaya dapat ditangani dengan tepat.
3.
Kesulitan belajar matematika siswa membutuhkan kerjasama
yang baik antara guru dan orangtua siswa supaya penanganan kesulitan belajar
matematika dapat berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar